top of page
Search
  • Writer's pictureUlfauz

Gimana Rasanya Hidup di Bali?

Updated: Dec 25, 2019

(Villa La' Risia, Canggu, Bali)


Bulan ini merupakan bulan ke-7 aku tinggal di Bali. Kalau di total, selama hidup sudah 6 provinsi berbeda yang pernah aku tinggali (I'll share in different article).


Kali ini aku bakal share tentang kesanku secara general tinggal di Bali. Enak ngga sih? Worth it ngga? Mahal? Enak ya, jalan-jalan mulu..?


(Villa Aryadesa, Sanur, Bali)


Well, tinggal di Bali itu bisa dibilang sebuah perjuangan buat aku pribadi. Disini aku memposisikan diri bahwa aku sudah cukup mudah untuk beradaptasi ya.. dan itu masih menjadi sebuah perjuangan buat aku. Gimana kalau untuk mereka yang susah beradaptasi? That's why living in Bali is just for them who like a challenge.



Living in Bali is a delight.


Aku bisa bilang beruntung bisa kerja di company-ku sekarang ini. Bukan karena oke/bagus/asing/apapun itu. Selama aku berkecimpung di dunia kerja I can state that nothing perfect in every company. Jadi sebagus-bagusnya perusahaan itu pasti ada aja minusnya ya.


Disini aku bersyukur kerja disini ngga lain karena emang sistemnya fair. Aku kerja cuma 8 jam, diluar itu kita punya hak untuk tidak memberi respon terhadap pekerjaan. Almost all companies in Bali memang menerapkan peraturan ini. Tapi kalau sekiranya perlu di respon, ya respon aja gpp.


Pulang selalu tepat waktu. Kalau masih di kantor malah sampe diusir-usir sama colleagues atau bahkan bos. Pernah ada momen bosku ngajak diskusi sampai melebihi jam kantor, dan beliau malah minta maaf. Oke ini sih bener-bener fair, that's why aku juga rutin untuk jalan-jalan kalau weekend.


(Blue Point Beach)


(vacation almost every weekend)


Diluar jam itu kalau kita tetap kerja (lembur), kita bakal di bayar double dengan catatan memang diperlukan. Intinya kerja di Bali itu ngikutin sistemnya perusahaan asing. Ngga ada mempekerjakan karyawannya berlebihan -bahkan sampai ngga di bayar-.


(project visit untuk setiap project yang hampir selesai)


So I can conclude that company in Bali is a miniature of foreign company. Jadi kalau kalian mau tau perusahaan di luar kayak apa sistem kerjanya, ya coba aja kerja di Bali. Oiyaaa dengan catatan bos kalian adalah orang asing ya, atau berpengalaman panjang di luar negeri.


(check progress of project)


Satu hal yang aku sukai kerja di company ini juga aku bisa ketemu dengan orang-orang expert from around the world. Aku juga suka banget diajak meeting with people from overseas. Mereka ada yang dosen, peneliti, praktisi, profesor, pengusaha, sampai tukang. Aku juga suka diajak ke tempat-tempat bagus dimana tempat itu adalah desain bosku, and meet with the owner directly.


(our architect manager from Australia came to Bali for training us)


Kalau chat dengan siapapun yang berurusan dengan kantor, pasti selalu di forward ke kami atau malah nyuruh kami baca langsung di hpnya. Kita juga selalu dilibatkan dalam mengambil sebuah keputusan atas project. Dia sih bilang katanya kalau dalam project management, an important issue is about communication. Jadi apapun progressnya kita wajib share ke semua orang. Jadi ngga ada yang miss dengan infonya dan semua terbuka tentang progressnya. Ini juga jadi hal baru yang aku pelajari dalam dunia kerja: communication.

(p.s: Btw, issue tentang komunikasi ngga cuma harus diterapin dalam hal dunia kerja doang, dalam hubungan juga perlu. Aku bakal share tentang ini in next article.)


(discuss about project in the car going to different project's owner's house)


Living in Bali is a challenge.


Like what I've mentioned above, tinggal di bali itu memang menjadi sebuah tantangan. Disini kamu bakal nemu hal-hal yang cukup susah buat di terima untuk kita yang sudah lama tinggal di Jawa dan terutama buat yang beragama Islam. Selama kamu tinggal di Bali, kamu bakal dapet pertanyaan-pertanyaan aneh. Aneh disini karena kamu ngga akan kepikiran bahwa mereka akan bertanya hal itu even the question is obviously easy.

Contohnya:

"kenapa ngga boleh makan babi? trus kenapa diciptain?"

"kenapa ngga boleh pegang anjing? padahal anjing makhluk yang setia dan lucu."

"kenapa kalau puasa di siang hari?"

"kenapa kalian ngga boleh saling bersentuhan dengan lawan jenis?"

"kenapa kalian ngga boleh "having sex" sebelum nikah? kalau nikah duluan dan ternyata ngga cocok gimana?"

dll.. dll..


Nah jadi pertanyaan-pertanyaan di atas itu the most question I've ever have from different people baik dari orang Bali, luar Bali, asli maupun dari luar negeri, ya..


Sebenernya pertanyaannya simpel, tapi kita juga butuh pengetahuan yang cukup luas based on research supaya lebih kuat. Ngga mungkin kan kita ngga bisa jawab. Ngga mungkin juga kalau kita jawab hanya karena based in Qur'an or Hadist, kan mereka ngga membaca itu. Dan karena hal ini juga aku jadi lebih banyak belajar tentang agamaku sendiri lebiiih dalam lagi dari sebelumnya selama di Bali hehehe


FYI, di Bali itu budayanya kuat banget. Menurut orang Bali, akan lebih bagus jika sebuah pasangan memiliki anak terlebih dahulu setelah tunangan, dan sebelum menikah. Itu karena mereka sudah dipastikan akan memiliki keturunan, dan orang Bali sangat mewajibkan memiliki keturunan. Makanya disini banyak banget yang dp dulu sebelum menikah (read: married by accident). Jadi buat kalian yang dikit-dikit komentar tentang urusan orang, for sure udah ngga berlaku lagi deh kalau tinggal di Bali. Your activity is none of my business.


Living in Bali is far from a fake people, dengan catatan kamu berada di lingkungan yang baik ya. Namanya fake people itu pasti ada di mana-mana sih. Tapi bedanya kalau di Bali itu karena adat dan budayanya benar-benar kental banget, bahkan waktu mereka sebagian besar banyak dihabiskan untuk sembahyang dan upacara adat, makanya mereka jarang terinfluence dengan gaya-gaya orang yang suka menghabiskan waktu dengan dunia maya yang penuh dengan kepalsuan. Gaya hidup disini hedon buat mereka yang bener-bener punya uang. Kalau engga punya uang, ya mereka ngga akan memaksakan diri untuk hidup hedon. Sesimpel itu.


(office' colleague's wedding event)


Walaupun demikian, tinggal di Bali juga ada minusnya. Orang-orang di Bali (as I've described above) very individualism. Jadi mereka agak kurang peduli dengan orang lain, dan jatuhnya kurang ramah jika kita belum kenal dekat, tidak seperti orang Jawa yang mau kenal ngga kenal pasti nyapa.


I also can mention that living long-term in Bali is not a recommended option for me. But it is good for you who want to know how the world is. Karena Bali is a miniature of world. Kamu bakal lihat kombinasi kehidupan di dunia yang sudah terterapkan di Bali.


Liberalism? Bisa aku sebut iya mungkin ya.. Soalnya disini juga banyak orang barat (yang menganut paham tersebut) tinggal di Bali dan -secara bebas- di terapkan di Bali. Living for a short-term in Bali juga bagus buat kalian yang ingin mendewasakan diri maupun mendewasakan pikiran. Dijamin kamu bakal lebih dewasa untuk memberikan pendapat ataupun keputusan. Intinya karena kamu sudah belajar mengenai diversity di Bali, pastinya kamu bakal lebih mawas diri. Ngga egois dengan diri sendiri.


I think that's all from me. Aku bakal lanjut di artikel selanjutnya tentang.. based on my mood nantinya deh ya. Hahaha Thank you for reading guys!


Denpasar, December 21st 2019.

bottom of page